Translate

Minggu, 13 Oktober 2013

Sekali Elus, Wajahmu Hilang Separuh

Saya selalu gemas jika melihat beruang sedang leyeh-leyeh atau berjalan. Area pantatnya bergoyang bak peragawati. Salah satu jenis beruang yang saya gandrungi adalah panda. Dengan mata hitamnya yang memancarkan keluguan, saya selalu ingin mengelusnya. 

Di tempat saya tinggal, Balikpapan Kalimantan Timur, ada satu konservasi untuk untuk "penyembuhan mental" beruang. Yang jelas bukan panda atau beruang grizli yang dikonservasi disini, melainkan beruang madu. Binatang ini merupakan yang terkecil di dalam keluarga beruang. Warna bulunya hitam legam. Sementara area dadanya yang membentuk huruf V berwarna coklat terang. 

Kenapa beruang madu perlu dikonservasi? Karena ada banyak sekali kasus yang tidak berperikebinatangan terjadi pada binatang imut-imut ini. Banyak orang-orang (tentunya yang punya duit) memaksa beruang madu untuk menjadi hewan peliharaan. Tau sendiri kan jika beruang itu membutuhkan area seluas beberapa hektar sebagai area jelajah dirinya dan keluarganya namun tiba-tiba dikurung di kandang sempit ukuran 2x2 cm. 

Enggak sampai disitu saja penderitaan beruang-beruang peliharaan ini. Entah dengan tujuan apa, si pemelihara secara sengaja mencabut kuku-kuku beruang madu peliharaannya. Bahkan gigi taringnya ikut ditumpulkan. Ah biadap. Nah berangkat dari penderitaan ini, maka dibuatlah enklosure untuk memulihkan trauma beberapa beruang madu yang mengalami siksaan fisik dan batin. Duuhh .. enggak mikir tuh si manusia-manusia serakah.


Area melihat beruang madu. Si embak berbaju biru sedang menerangkan apa yang harus dilakukan oleh pengunjung saat melihat beruang madu.



Kalau enggak salah enklosure ini memiliki luas 13 hektar. Ada lima (nanti saya pastikan lagi berapa jumlah pastinya yaa) beruang madu yang dipulihkan mentalnya disini. Dan ada satu beruang madu yang masih dikarantina karena trauma psikis akibat disiksa pemiliknya. Yang jelas, beruang-beruang ini sudah tidak bisa dilepaskan lagi di alam liar. Insting mereka sebagai binatang liar sudah tumpul. Kasihan ya ...

Enklosure inipun lalu menjadi wisata pendidikan. Saking jatuh cintanya dengan beruang madu, saya selalu kembali ke enklosure ini bersama suami saya melihat beruang-beruang lucu dan imut. Rasanya ingin memeluk si item manis itu. Tapi meskipun bodinya mungil, sekali dielus sama si beruang bisa bikin wajahmu hilang separuh. Jangan salah, beruang madu aslinya memiliki "cakar" yang panjang yang mampu mengoyak daging.


Yoooooo panjang siapaaa lidahnya ....

Salah satu sudut di rumah edukasi. Karena lumayan gedhe, maka saya, mamah dan kakak istirahat di bangku yang disediakan.

Pengetahuan yang disajikan di rumah edukasi ini sangat informatif.

Disini anak-anak akan bertambah wawasannya tentang beruang madu. Cihuiiiii ... senang liat mereka penasaran. Ketimbang cuma gadgetan terus.



Jarak tempuh dari pusat kota Balikpapan ke enklosure ini sekitar 45 menit. Gampang kok nyari tempat ini karena lokasinya berada di jalur menuju Samarinda di Km 28. Lalu ada plang dan patung beruang madu dengan tulisan wisata enklosure beruang madu. Oh iyaa .. jika kemarin untuk melihat bagaimana tingkah laku si item manis, maka datanglah tepat saat jam makan tiba yakni pukul 09.00 pagi atau pukul 15.00 sore. Pada jam-jam ini, kita bisa menyaksikan si beruang madu asyik mencari makanan yang disebar oleh petugas. 

Tapi enggak sembarang kita bisa melihat beruang madu. Mengingat tempat ini adalah enklosure, maka ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi agar si beruang madu tidak merasa terancam oleh kedatangan kita. Pertama, kita tidak boleh berisik. Tau sendiri kan masyarakat kita sering heboh sendiri jika melihat sesuatu yang unik. Kedua, tidak boleh merokok saat sedang berkeliling melihat aktivitas beruang madu. Ketiga, tidak boleh kasih makan si beruang madu. Keempat, tidak boleh membawa makanan dan minuman. Jadi nikmati saja polah tingkah beruang madu. 

Nah tempat kita melihat pun dirancang sedemikian rupa agar si beruang madu tidak merasa terancam oleh kehadiran manusia. Yang jelas area beruang madu dibatasi oleh pagar kawat yang kokoh. Dan kita melihatnya melalui jalan setapak dari kayu yang dibangun 2-3 meter diatas, tentunya di luar pagar. Jadi kita bisa melihatnya dari atas. Jalan setapak ini mengitari seperempatnya hutan mini yang menjadi rumah bagi beruang madu yang dikonservasi.


Foto bersama beruang imut.

Peringatan dilarang kasih makan beruang ditempel dimana-mana.

Nah ini jalan setapak mengelilingi enklosure untuk melihat beruang madu dari atas.



Enggak hanya itu, di area ini ada beberapa bangunan lamin (rumah adat Dayak) yang difungsikan untuk berbagai macam acara. Salah satunya digunakan untuk sarana edukasi. Ada banyak informasi tersaji di ruang edukasi ini. Mulai dari jenis makanan si beruang madu hingga pengetahuan detail tentang habitat asli beruang madu. Ada juga papan kuis yang akan menguji pengetahuan kita tentang beruang madu. Lengkap pokoknya. 

Tidak dipungut biaya untuk berkunjung ke enklosure ini. Kita hanya diminta untuk menjaga kebersihan dan menghormati peraturan yang sudah ditetapkan. Jadi jangan war-wer buang sampah sembarangan. Kalau didekat kita pas enggak ada tong sampah, simpan dulu sampai nemu tong sampah. Nah jangan kaget jika area konservasi ini banyak berkeliaran kucing-kucing gemuk. Di salah satu sudut lamin ada rumah kucing yang menampung kucing-kucing liar. Jika kalian pecinta kucing, bisa adopsi kucing disini.

Enggak pernah bosan untuk kembali ke tempat ini. Saya sudah berkali-kali. Bahkan punya boneka beruang madu persembahan suami saya .. haha. Bakal kembali lagi .. pasti. 


Salam dari alam liar, 

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar