Apa yang bikin
kalian nggak mood lagi pas jalan-jalan ke daerah lain? Kalau saya, yang bikin
kesel adalah jalan rusak. Lebih parah jika ada warga yang nyodorin kotak karton
minta diisi uang oleh pengendara yang lewat. Iiihh sebel .. !! Bikin capek
lebih dahsyat karena ngumpat terus. Eh tapi, daerah mana sih yang jalanannya
nggak rusak? Ada sih ..
Mood saya buat
nonton karnaval dan teater mamanda di Tenggarong langsung terjun bebas pas melewati
ruas Loa Janan-Loa Kulu-Tenggarong. Ruas yang saya lewati ini secara
administrasi (kata suami saya) adalah jalan Negara, tapi wujudnya kayak jalan
kampung. Jalan aspal yang semulus kulit bayi cumak beberapa ratus meter aja,
selang-seling sama jalan beton dari semen. Sialnya, saya datang ke Tenggarong
pada waktu dan jalur yang salah. Malam telah tiba ketika saya sampai ke ruas
itu.
Saya nggak
sempat ngitung berapa ratus meter atau kilometer jalan yang sedang diperbaiki di
sepanjang Loa Jalan ini saking sibuk menyumpah serapah. Yang jelas, perbaikan
jalan ini malah bikin kesal. Tapi saya tetep harus apresiasi dong karena
pemerintah pusat dan daerah sigap untuk memperbaiki beberapa titik di ruas yang
panjangnya 26 Km ini. Sayangnya jalan yang sudah diperbaiki tidak lama kemudian
tetep bocel lagi karena yang war-wer di jalan ini adalah truk-truk kontainer yang
biasa ngangkut backhoe. Walaaahhhh …
Saya ketemu
truk pengangkut backhoe beberapa kali di ruas ini. Duileee … ngerinya!! Tau
sendiri kan kalau bodi bagian bawah backhoe lebih lebar ketimbang yang
nggendong. Jadi saya agak griyep griyep kalo papas’an. Secara jalannya sempit,
oleng dikit, nyangkut deh mobil saya.
Menurut
analisa sayaaaaaa .. (sentilun banget), beberapa titik jalan di ruas ini bakal
ditinggikan. Mungkin karena banyaknya jebakan betmen yang kayak kolam ikan,
jadi nutupnya kudhu tebel. Karena ruas ini merupakan jalan darat satu-satunya menuju
Kota Tenggarong dari Balikpapan, iya satu-satunya, maka perbaikan dilakukan di satu lajur agar
lajur lainnya bisa dilewati kendaraan secara bergiliran. Sebetulnya ada jalan alternatif yang menyingkat waktu, tapi ujung jalan ini tetep menuju pas tengah-tengah ruas Loa Janan-Loa Kulu. Sama aja dong suruh ngicipi perbaikan jalan. Ini nih yang bikin saya
ngumpat dan kesel. Bikin badan yang sudah bau tambah bauk. Kok? Iya bauk badan karena
keseringan ngumpat, sehingga tubuh saya yang sudah tak menyentuh air selama dua
hari gegara sedang krisis air mendadak mengeluarkan toksin yang aduhai aromanya.
Mungkin sudah
menjadi kebiasaan yang menular, tiap ada perbaikan jalan sudah pasti langsung
dimanfaatkan oleh beberapa oknum. Saya suka sebel kalo ketemu yang beginian. Hampir di
setiap daerah yang saya kunjungi, hampir loh enggak semua (eehhh kayak udah
kemana-mana ajaaaa), pasti ada peminta-minta yang berdiri di tengah jalan. Kalo nggak sendirian, ya bergerombol. Biasanya
tengah jalan diberi conehead atau tong. Trus kitanya disuruh pelan-pelan dengan
harapan mau merogoh koceknya untuk mereka-mereka ini.
Di ruas Loa
Janan menuju Kota Tenggarong-ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara-ini, beberapa
titik jalan yang sedang diperbaiki menjadi “rayahan” beberapa orang, ya muda
dan tua. Anak kecil juga. Aduuuhhh dek, kalo kesamber ban mobil saya gimana??
Enggak tanggung-tanggung, mereka yang nyodorin kotak kardus mungkin ada
puluhan. Sampai-sampai ada satu titik dimana mereka berjejer menggantikan marka
garis sambil ngacung-ngacungin kotak. Buseetttt!!
Kenapa sampai
mereka meminta-minta? Beberapa diantara mereka “berinisiatif” mengatur arus
lalu lintas yang seharusnya tugas ini diemban oleh Dishub. Apalagi beberapa
titik perbaikan membutuhkan perhatian ekstra. Nah inisiatif mereka
mengatur jalan ini membuat mereka merasa berhak untuk mendapat balas budi dari
pengendara yang lewat. Bener atau enggak bener, tergantung darimana sudut pandang kita melihat. Duh .. kemana petugas Dishub? Jangan-jangan jam kerjanya
sama dengan PNS. Eh Dishub itu PNS kan ya? Jadi untuk beberapa sukarelawan yang sudah
capek-capek ngatur, tetep saya kasih balas budi meski cumak sedikit. Yang cumak
nyodorin kotak, cukup saya ucapkan terima kasih.
Akhirnya ruas
Loa Janan-Loa Kulu Tenggarong yang hanya 26 Kilometer itu, saya tempuh selama
dua jam lebih sedikit. Bengkak jempol kaki saya, gantian nginjak pedal gas, rem
dan kopling. Enggak lagi, cukup. Tapi nggak papa, sampai hotel saya bisa puas
mandi dan keramas. Ahhhh air!!!
Atha Ajo
Mbangkong
Enggak keliatan .. rapopo, yang penting ada fotonya. |