Translate

Kamis, 03 Oktober 2013

Ekspedisi Tanah Merah ~Hutan pinus di bibir pantai~

Pernah bermimpi mendatangi tempat-tempat eksotis ala The Lord Of The Ring? Atau Narnia yang penuh peri? Mungkin tempat seperti yang terwujud dalam laga Twilight? Nahhh kalian tak perlu jauh-jauh ke New Zealand. Tak perlu ke hutan pinusnya dimana Mas Cullen tinggal. Cukup datang saja ke Tanah Merah, niscaya kamu juga akan ketemu sama Edward Cullen lokal. 

Dimana Tanah Merah? Apa itu Tanah Merah? Ini adalah pantai. Namun tak sembarang pantai, karena pantai ini memiliki hutan pinus yang menjulang tinggi beberapa belas meter. Pertama kali datang ke lokasi obyek wisata ini, saya tak henti mengucap "Wow" sambil koprol saking girangnya. Lalu saya mendongak, menyisir rimbunnya atap dedaunan nun jauh diatas. Kali-kali aja ada Mas Cullen lagi nangkring di atas pohon pinus. Dan benar saya melihat Mas Cullen lokal sedang menyisir poni lemparnya, bukan diatas pohon tapi diatas motor. Tapi makin lama diliat kok makin mirip vokalis Kangen Band lawas yaaa.

Tak mau lama-lama merusak mata dengan pemandangan poni lempar, saya lantas mengalihkan perhatian ke arah lautan lepas yang landai. Sejenak saya merenung, kenapa dinamai Pantai Tanah Merah. Mana merahnya. Semuanya hijau. Ah peduli amat dengan asal namanya. Yang penting saya bisa menikmati kedamaian di hutan pinus berpantai yang terletak di Samboja ini. 






Dari pusat kota Balikpapan Kalimantan Timur, lokasi Pantai Tanah Merah hanya berjarak 60 Km atau sekitar 2 jam perjalanan darat. Jika kalian kebetulan sedang berkunjung ke Balikpapan, sempatkanlah kemari. Saya jamin enggak bakal menyesal. Kondisi jalan menuju kemari pun masih normal untuk ukuran Kalimantan.

Kenapa? Karena semua yang kalian rindukan tentang alam ada disini. Nyanyian alam menjadi paduan suara yang menarik. Yang jelas bikin saya ngantuk. Ya iyalah .. saya disini disuguhi paduan suara dari deburan ombak, angin bergemerisik diantara sela-sela pohon pinus, dedaunan yang saling bergesek, cit-cit'an burung, dan suara-suara binatang lain yang menambah merdu. Nah saya juga dimanja oleh belaian angin sepoi-sepoi. Ngantuk sudah.

Saya riang menemukan tempat ini karena sepi. Hanya segelintir anak-anak muda pacaran yang nampak di pantai ini. Terkadang, Pantai ini juga digunakan untuk kemah pramuka. Ada beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk sekedar istirahat. Saya merebahkan tubuh di gazebo ini. Ketika mata terpejam, saya tertegun karena kekuatan alam yang penuh energi positif langsung merangsek ke tubuh saya. Begitu sejuk dan mendamaikan pikiran dan hati. Jadiiii jika kalian butuh kedamaian, carilah tempat-tempat seperti ini. Jangan cuma main ke mall yang akan semakin membuat sakit hati.

Ini Gazebo yang saya gunakan untuk istirahat.




Tak hanya gazebo, beberapa meja kayu yang diapit kursi kayu tersebar di seantero pantai ini. Sayangnya beberapa diantaranya rusak. Saya dua kali bertandang ke Pantai Tanah Merah. Jika kalian menanyakan hari apa yang cocok untuk berkunjung di obyek wisata ini, saya akan menjawabnya hari kerja. Karena pada hari-hari itu, suasana pantai sunyi. Berasa pantai pribadi. Untuk kedua kalinya saya kembali melancong ke Pantai ini pada akhir pekan. Pun juga masih terasa sunyi meski ada beberapa pelancong yang ikut menikmati belaian angin sepoi-sepoi. 

Tapiiiiiii ada beberapa hal penting yang disayangkan dari pantai ini. Pertama, pemerintah daerah yang "lupa" merawat beberapa asetnya di obyek wisata ini. Beberapa kursi kayu dan mejanya rusak parah dan dibiarkan teronggok. Kedua, beberapa pelancong juga lupa untuk ikut menjaga obyek wista ini. Saya menemukan pecahan botol kaca yang tajam teronggok di beberapa lokasi. Jelas dong saya tidak berani melepas sandal. Apalagi onggokan pecahan botol kaca itu berbaur dengan pasir. Kalau tidak waspada, kaki saya yang cantik ini bisa terluka. 

Ketiga, toilet yang tutup di hari kerja. Saya akui, ada banyak sekali toilet dan kamar mandi tersebar di beberapa titik Pantai Tanah Merah. Sayangnya fasilitas itu tidak dibuka di hari kerja. Jadi saya harus menahan pipis sampai menemukan pom bensin terdekat sekitar 15 menit dari lokasi. Jika akhir pekan pun, tak semua toilet buka. Jika tak mau repot, bawa saja botol air mineral kosong, lalu cari tempat tersembunyi. 

Oh iyaa ... saya sengaja membawa bekal makan siang karena di lokasi ini tak ada penjual makanan. Rempong??? Ah .. enggak juga. Bawa bekal sendiri dari rumah malah lebih nikmat. Saya membawa bekal siang lasagna jamur dan teh hangat. Mantab mak nyuss disantap di gazebo dengan semilir angin. So pasti ini menjadi acara tamasya murah meriah karena tak ada retribusi untuk masuk ke obyek ini. Yahuuddd dong. 


 

   

3 Oktober 2013
Di bawah temaram sinar bulan

Foto-fotonya nyusul
 

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar