Translate

Kamis, 22 Agustus 2013

Antara rambut dan toilet sialan .. Part I

Rambut Itu Tiket Masuk Toilet

Jika berbicara soal rambut, maka tak ada habisnya. Apalagi rambut saya yang segedhe ijuk sapu. Kebayang dong ijuk sapu kayak gimana. Kaku dan berantakan. Suami saya pun selalu terhenyak ketika sedang membelai rambut saya. "Rambutmu kok kayak gini .. " katanya. "Sana perawatan .. " lanjutnya. Lah ini yang saya tunggu. Aissshhh gembira riang hati ini jadinya. 

Bagi hampir seluruh wanita, rambut adalah mahkota (Kata Pak Guru dulu). Tapi bagi saya, rambut itu semacam bencana. "Benang" ciptaan Ilahi ini tumbuh liar di kepala saya dan sempat menjadi mimpi buruk dengan masa lalu yang kelam mendera (tersayat). Pernah suatu kali pada jaman dahulu kala saya memanjangkan rambut. Tapi penampakannya malah seperti singa. 

Rambut ini pula yang membuat saya kapok tampil terlalu tomboi. Karena wujud saya langsung berubah drastis ketika rambut dipotong pendek. Sejak TK hingga kuliah, saya adalah penganut Pixie. Model rambut ala Demi Moore jaman film Ghost. Bangga dong kala itu punya rambut ala mantan istri Ashton Kutcher terus ngayal kalau potong kayak begitu berasa mirip Demi. 

Tapi kenyataannya enggak seindah yang dibayangkan. Rambut ala Demi menjadi bencana karena saya selalu dipanggil "Mas", kecuali jika sedang memakai seragam sekolah. Ajaibnya saya bertahan dengan potongan rambut itu selama lebih dari 1 dasawarsa .. nunduk malu. Penampakan saya menjadi seperti lelaki imut. 

Titik nadir bencana terjadi ketika saya sedang berjalan-jalan dengan seorang kawan di salah satu Mall terbesar (kala itu) di Jogjakarta. Maksud hati kepengen ngeceng di Mall. Kami berdua kala itu masih ABG nanggung. Kawan saya nyeletuk "Tha, baju kamu mbok dimasukin, jadi agak rapian dikit,". 

Duh iya ya .. kawan saya ini memang selalu uptodate soal fashion. Dia memakai rok terusan mini dengan sepatu lars warna putih. Sedangkan saya hanya mengenakan jeans item satu-satunya yang dimiliki, sepatu sandal gunung item, dan kaos oblong ukuran L bergambar tazmania. Kebayang dong bagaimana tubuh saya tenggelam di kaos itu. 

Lalu berjalanlah kami menuju toilet lantai dua di pusat perbelanjaan yang kini makin ramai itu. Tapi keinginan untuk tampil rapih ala wanita tidak selalu mulus di masa lalu saya. Selalu saja ada hal-hal yang menghalangi. Pedih rasanya .. Sesampainya di pintu toilet, tiba-tiba mbak penjaga nyeletuk "Dek-dek .. toilet pria ada di sebelah. Ini toilet perempuan,". 

Hati ini rasanya hancur berkeping-keping mendengar fitnah si embak penjaga toilet. Aiissshhh ... gelo. Apa si embak penjaga enggak lihat bahwasanya saya ini adalah perempuan tulen. Apakah gara-gara rambut ala Demi atau pertumbuhan tubuh saya yang belum sempurna. Tapi meskipun saya membusungkan dada semembusung mungkin, rasanya juga si embak tetap menyangka saya adalah pria. Kan masih ABG nanggung .. area itu belum tumbuh dengan benar. 

Sejak peristiwa itu saya tak lepas dari perawatan rambut. Berharap bisa seindah rambut cewek-cewek dorama haha. Tak lupa saya juga memperbanyak pakaian-pakaian yang akan menunjukkan identitas kewanitaan saya. Meski kelakukan masih pecicilan. Tapi tak apalah. Setidaknya rambut yang lebih "indah" sebagai mahkota para wanita telah menjadi tiket saya untuk masuk toilet umum. 

Salam ijuk ..
22 Agustus 2013
21:30 Wita
Di depan cermin     

  
        

3 komentar: