Translate

Sabtu, 21 Juni 2014

Slavia



Lantas aku teringat akan janji yang kuberikan pada lelakiku. Untuk datang kepadanya sore ini. Aku menyingkap tirai kamar, ah awan sedang bergumul diatas, beradu siapa yang akan turun terlebih dulu. Sementara manusia-manusia jalanan sudah bersiap dengan peneduh.

Aku bergegas, mengejar asa sebelum runtuh oleh sangkala. Menuju jalan setapak Slavia, dimana di kanan kirinya berderet pohon linden atau lipa. Tubuhku menyusup diantara manusia yang tergesa-gesa, menghindari gerimis yang datang seperti pencuri.

Dalam pesan yang dia tinggalkan, dia menungguku di ujung jalan Slavia. Jalan yang selalu menguarkan pendar emas karena refleksi sinar matahari yang menyusup melewati sela-sela ranting dan daun pohon linden.

Aku menyusuri jalan setapak itu. Dimana lelakiku?

“Hai .. kau datang,” mendengar suara itu aku membalikkan badan dan dia berdiri disana. Itu lelakiku.

“Aku menantikan hari ini untuk meminjam hatimu,” katanya.  “Karena jatuh cinta kepadamu itu mudah. Aku ingin menghentikan sangkala, agar aku bisa bersamamu dalam abadi. Lalu aku akan berada disini, disampingmu. Jadi aku akan meminjam hatimu hari ini dan menjaganya di hari-hari esok,” ujarnya.

Dan aku mulai resah. Karena manusia hanya membuat janji. Meminjamkan hatiku? Apakah bisa ..

“Jika kau enggan meminjamkannya hari ini. Aku akan memintanya besok. Dan jika kau masih enggan, aku akan memintanya setiap hari Minggu. Agar aku bisa menjaga hatimu sejak permulaan hari,” ungkapnya.

Bagaimana jika hatiku kau rusak. Kau sayat dan perih.

“Karena aku tahu aku tidak akan merusaknya. Dan aku tidak akan berhenti sampai kau mempercayainya. Jadi jatuh cintalah kepadaku, karena aku akan memberikan hatiku Cuma-Cuma hanya kepadamu,”

Aku tertunduk. Jemarimu merengkuhku. Dan aku paham. 



Atha Ajo
*balada Jerry Mcquire











Tidak ada komentar:

Posting Komentar