Translate

Minggu, 15 Juni 2014

Balada kaya yang miskin



Ibarat menikah kamu mau anaknya tapi enggak mau orang tuanya. Seperti itulah pengendara jaman sekarang.
(nyambung nggak sih ..)


Sebetulnya saya enggak paham tentang mesin kendaraan. Tapi saya paham tentang prosedur perawatan mesin. Asal rajin servis berkala dan digunakan sesuai fungsinya, kendaraan akan awet lama. Kalau minumnya bahan bakar spesial, ya saya akan berikan yang spesial. Simpelnya seperti itu. Apalagi kalo kendaraan ini sering buat bepergian jauh. Ogah dong kalo di beberapa bagiannya cepet aus karena salah prosedur. 

Tapi sebetulnya ini bukan masalah prosedur saja. Tapi mental juga. Mental kere yang cuma bisa beli mobil supermewah tapi minumnya murahan. (Bukannya ngenyek, tapi saya jengah liat yang mewah mewah itu minumnya murahan) Udah murah, subsidi lagi. Silahkan datang ke pom bensin, berapa banyak sih mobil-mobil keluaran terbaru yang ngantreeee di slot pertamax. Dikit!! Malahan kadang kosong melompong sementara antrean premium subsidi nguler sampe luar SPBU.

Setelah saya punya motor baru (merk biasa dan nggak mihil) yang diciptakan untuk minum pertamax, saya rajin membelikannya BBM pertamax. Selain memang rancangannya untuk pertamax, logikanya kalo dirawat sesuai dengan peruntukannya maka usianya akan lebih panjang dan awet. Alasan sebenarnya adalah saya gengsi beli premium untuk motor baru yang masih kinyis-kinyis. Baru gitu loooohhh (meski gak mihil) ... sombong dikit. Kecuali kendaraan tua saya yang kalo diminumin pertamax bisa njebluk, yaa terpaksa saya beliin premium.

Untungnya pake pertamax, saya nggak perlu ngantree uwel-uwelan di SPBU. Masuk SPBU langsung aja ngisi. Kibas rambut. Malesnya, saya sering mendapat tatapan sinis dari pengantre-pengantre BBM bersubsidi. Cuek sih, cuma risih. Apalagi jika disamping saya ada mobil mewah dan muahaaalll macam pajero atau kembarannya yang ngisinya BBM subsidi. Ahh muke looo jauh mas. Mobilnya mahal, minumnya subsidi. Kelaut aja sana. Emang saya suka ngenyek kalo ketemu yang beginian. Kalo bisa beli mobil mahal, kenapa nggak mau beli pertamax?

Kata mas dealer, standar kendaraan yang diluncurkan sekarang sudah harus memenuhi standar Euro 4. Contohnya mobil, dimana asapnya tidak sepolutif mobil-mobil kakek dan nenek. Intinya kendaraan-kendaraan yang ramah lingkungan. Jadi nanti tidak akan ada lagi kendaraan yang ngeluarin asep putih yang memabukkan. Namun karena kebanyakan masyarakat kita belum paham (baca = siap) apa itu standar Euro 4, maka beberapa brosur kendaraan mencantumkan tagline “minum premium tidak masalah,” (untuk mobil euro 4 nya). Demi meraih banyak pembeli.

Nggak usah jauh-jauh bayangin pajero dan kembarannya, mobil LCGC (Low Cost Green Car) saja diciptakan dengan standar euro 4. (Harusnya ...) Tapi katanya distribusi bahan bakar yang memenuhi euro 4 (pertamax dan pertamax plus) belum tersebar merata. Jadi standar ini belum bisa dipaksakan sepenuhnya. Tapi kenyataannya, kendaraan-kendaraan euro 4 tetep aja dicekoki bahan bakar RON 88 (premium), meski bahan bakar euro 4 tersedia dengan limpah. Mereka lebih milih ngantri RON 88 daripada ngisi pertamax yang antreannya kosong melompong.

Mengutip Koran Jakarta Digital Edition (01 Maret 2014), New Honda Freed yang terpilih sebagai kendaraan berbahan bakar bensin dengan kadar emisi terbersih versi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), kenyataannya oleh pemilik kendaraan mobil ini tetap dicekoki oleh bahan bakar premium dengan nilai oktan (RON) 88. Padahal mobil untuk segmen keluarga ini telah mengusung standar Euro4, dan mesin IVTEC berkapasitas 1.500 cc yang seharusnya hanya diisi oleh bahan bakar standar Pertamax ke atas dengan RON di atas 92.

Jadi saya berbincang dengan Den Baguse. Jika suatu saat kami punya mobil baru, apakah kami berani mengikuti aturan euro 4? Atau menyerah dan bebal dengan mengkonsumsi RON 88. Kesimpulannya mau tidak mau harus ikuti aturan euro 4 karena udah berani beli mobil baru meski harganya terjangkau. Masak jilat ludah sendiri. Getir dong ..  



Salam Tempel

Atha Ajo


      




     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar