Translate

Minggu, 15 Juni 2014

Jaman SD yang malu-malu bahagia






Ngomongin soal jaman SD, pasti tak jauh-jauh dari kejadian memalukan. Tapi jika ingat jaman itu, saya jadi teringat bahwa masa kecil saya dilalui dengan hari-hari penuh bahagia dan riang gembira. Kejar-kejaran dan pulangnya umbel kuning membentuk pulau di pipi. Sementara kaki selalu membawa cenderamata berupa bopeng atau lecet. Bandingkan saja sama anak-anak SD jaman sekarang yang mainannya tablet dan PS. Gerak dikit aja ngakunya capek. Walah!

Nah jaman SD nggak ada yang namanya android-android’an. Toh saya dan teman-teman sepermainan tetep asyik mengagendakan acara berikutnya. Kalau anak SD sekarang tinggal kirim pesan di whats’up atau BBM, saya dulu harus datang kerumah teman dan panggil-panggil namanya dari depan pagar “Dewiiiiii .. Dewiiiiii,” dengan teriakan bernada naik turun dan i’nya panjanggg. Kalau anaknya lagi nggak ada dirumah, ya udah pulang. Nanti datang lagi satu jam kemudian.

Jaman itu, tampang saya nggak kayak perempuan. Udah kerempeng, trus rambut cepak hasil olah eksperimen kakak lelaki saya. Jadi agak rancu ketika saya masuk SD dan harus pake seragam merah-putih. Tapi tetep imut. Hari pertama masuk SD, saya grogi dan gugup. Secara TK tempat saya mengampu ilmu tidak “memaksa” murid-muridnya untuk bisa calistung. Kala TK, kami hanya keplok-keplok dan makan siang. Berbeda dengan jaman sekarang, dimana anak TK sudah diajarkan calistung. Mungkin anak saya nanti kalo TK bakal diajari rumus pitagoras saking majunya pendidikan di negara kita.

Seminggu setelah masa perkenalan anak baru SD usai, kami diminta untuk menulis. Dengan tagline “Ini Ibu Budi”, Bu guru mendikte dan kami menulis. Beberapa anak sudah bisa, kecuali saya. Merasa takut dimarahin Bu guru, sayapun menangis. Dan kalimat menyejukkan dari si Bu guru adalah “Loh kok menangis, sudah enggakpapa. Kalau belum bisa, kamu perhatikan dulu. Nanti pelan-pelan kamu pasti bisa,” masih ingat betul saya kalimatnya.

Kejadian malu-maluin lebih sering terjadi saat SD. Kebayang kan bagaimana anak-anak SD kalau lagi kemping. Ada saat kami mendapat pelajaran panjat tebing (turun lewat tali lebih tepatnya). Pas giliran saya turun pake tali, pas itu pula tali menekan kandung kemih. Otomatis saya kebelet pipis. Sampai dibawah, saya blingsatan cari toilet. Apesnya, sampai toilet kandung kemih udah keburu bocor. Ngompol deh. Sekalian diguyur sebadan basah semuaaa.

Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh SD saya lebih sering serunya. Beberapa bulan sekali (atau setahun sekali saya lupa) kami se’sekolahan mengadakan acara masak masal. Kegiatan yang selalu saya tunggu-tunggu. Satu kelas di bagi beberapa kelompok. Pada suatu ketika, saya sekelompok sama anak lelaki yang jadi gebetan saya. Cieeeeeee .. asmara anak SD (apa kabarnya si R itu ya, yang mukanya mirip Rano Karno kecil). Saking groginya, masak sayur bening yang segampil itu jadi lupa masukin garam sama kunci. Hambar!

Pernah suatu kali di selasar lantai dua, tiba-tiba si gebetan menjejeri saya dan ikutan melongok melihat kebawah. Waktu itu ada acara lomba antar kelas usai caturwulan. Terus doi tanya ke saya “Rumah kamu dimana sih,” heiii heiiii suaranya. Saya jawab “Rumahku di ndalem beteng,” lah kecil-kecil kok saya deg-deg’an. “Ntar kapan-kapan main ya kerumahmu,” duileeeeeee senangnya bukan main, tapi besoknya saya malah lupa kalau doi pengen main kerumah. Ketahuan ngobrol serius, terus dicie-cieiiin sama teman-teman. Maluuuuuuu ...

Kejadian paling memalukan sekaligus membahagiakan terjadi ketika pulang sekolah pas kelas 6 SD. Kami harus berbaris rapi sebelum satu per satu bersalaman dengan guru untuk pamitan pulang. Seperti biasa tas tentengan warna coklat saya taruh meja dan akan saya ambil usai salaman karena berat. Enggak disangka si doi yang ada di barisan depan melihat tas tentengan saya dan tanya punya siapa. Sementara saya baris di deretan belakang. Alhasil melesaklah doi keluar kelas usai salaman sambil bawa tas tentengan saya. Oleh teman sekelas diteriakin kalo saya’nya masih didalam kelas. Doi cuma bilang “Oh sori aku pikir udah keluar kelas, kan mau tak bawain,” lalu disorakin sekelas “Ciiieeeeeeeeeeeeeeeee ... “ walaaahhhh!!!! Dan saya’nya kege’eran.

Ah meskipun bikin malu, tapi masa SD saya membahagiakan. Penuh khayalan dan imajinasi.



Atha Ajo, kenangan
  

        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar