Translate

Minggu, 01 September 2013

ATM Gadungan

Ternyata tahu segalanya itu tidaklah cukup. Saya menyadari bahwa tahu segalanya LEBIH AWAL itu akan menyelamatkan jiwa raga dari situasi memalukan. Jangan bertindak bodoh dengan masa bodoh. Jangan pula menggampangkan instingmu karena itu sejatinya belum cukup. Dan jangan seperti saya yang sok tahu dan kepedean tanpa melihat kanan kiri depan belakang atas apa yang akan terjadi. 

Sebagai manusia yang selalu membaca apa saja, saya menganggap diri saya penuh dengan informasi dan pengetahuan... cuiiihhhh. Nah ini yang menjadi masalah. Apa yang saya tahu ternyata tidak berbanding lurus dengan tindakan yang akan saya ambil. Ah saya lantas merasa memble.

Saya menyadari ini ketika untuk pertama kalinya saya memiliki kartu seukuran KTP yang berfungsi untuk mengambil uang dengan cepat, Anjungan Tunai Mandiri atau bahasa kerennya ATM. Bangga dong punya kartu beginian meski dana yang tersimpan di bawah rata-rata. Namun tiap lihat saldonya, hati ini rasanya teriris-iris. Angka kok nggak pernah nyampe tujuh digit. Terus kalo diambil, keblokir deh rekeningnya. Pedih .. cuma berasa keren aja kalo pas buka dompet di kasir trus mejeng ATM di salah satu kantongnya.

Saya tahu apa itu ATM. Saya juga tahu gunanya untuk apa. Untuk mengambil uang kan? Sejujurnya, saya memiliki ATM itu karena terpaksa. Iya .. terpaksa untuk menerima honor dari berita-berita yang saya kirimkan ke Jurnal Bussines News. Iya doong .. kala itu saya menjadi kontributor berita ekonomi untuk jurnal yang pernah nongol sebagai cameo di sinetron ibukota.

Tapi pengetahuan saya tentang ATM ternyata masih dangkal. Ini yang menjadi bencana bagi harga diri saya yang terlanjur mengklaim diri sendiri sebagai manusia yang sarat informasi. Honor yang saya terima untuk pertama kali memang hanya beberapa ratus ribu. Namun ketika saya ditelepon bahwa honor saya sudah ditransfer ke rekening, saya langsung tancap gas ke salah satu Bank swasta untuk menguji ATM saya. Horeeeee dong.

Agak udik karena saya sempat deg-deg'an. Apalagi ini menjadi pengalaman pertama saya untuk mengambil uang lewat ATM .. mengkhayal habis ini mau beli apa. Berbekal informasi dari kakak tentang tata cara mengambil uang dari mesin ATM, saya pun melangkah dengan mantab ke dalam gedung Bank swasta yang ramai itu. Banyak yang mengantre di teller.  Tapi tak sedikit yang mengantre di sebuah mesin yang diatasnya ada tulisan besar ATM. Saya pernah melihat kawan saya mengambil uang melalui ATM, jadi saya tahu bentuk mesin ATM itu seperti apa.

Lalu giliran saya berhadapan dengan mesin itu. Saya lantas memasukkan kartu saya sesuai arah yang ditentukan. Lalu muncul perintah untuk mengetikkan sandi agar saya bisa masuk ke rekening. Selanjutnya ada daftar pecahan rupiah dari Rp50.000,- hingga jutaan. Karena saya hanya butuh sedikit, maka saya hanya memilih jumlah Rp100.000,- untuk membeli bedhak. Setelah saya tunggu lama, uang yang saya idam-idamkan tidak kunjung keluar. Saya cuma diam ..  geloooo. "Ada apa mbak .. " tanya seorang bapak di belakang saya. Ternyata antrian di belakang saya mengular. "Oh nggak papa pak .. " jawab saya.

Karena penasaran, saya ulangi lagi proses yang baru saja saya lakukan. Tapi tetap saja sama. Bukan duit yang keluar, justru kantong dengan lidah keras. "Maaf mbak .. " kata bapaknya itu. Mungkin kasihan melihat saya kebingungan. "Uang yang mau embak setorkan langsung taruh saja di kantong yang baru saja terbuka itu .. " katanya. "Loh saya nggak mau setor uang kok Pak," jawab saya. "Loh mbak mau ngapain," lanjut si bapak. "Bapak ini gimana, ini kan ATM, ya saya mau ambil duit," jelas saya. "Mbak kalo mau ambil duit di ATM di belakang gedung ini. Kalo yang ini mesin ATM khusus untuk setor uang. Kan sekarang ATM juga bisa buat setor mbak, bukan cuma buat ambil duit. Jadi enggak mesti ke teller kalau pengen cepet. Tuh ada tulisannya diatas ATM setor tunai," jelas bapaknya sambil nunjuk tulisan di atas mesin.  Hakdesssss .... Saya cuma baca tulisan ATM nya aja .. gelooooo.

Maluuuwww broo ... duh dah kelihatan begonya. Mana tahu saya kalau ada ATM yang bisa buat setor tunai. Tak mau berlama-lama menjadi tontonan pengantre, saya pun langsung pamit undur diri. Bencana ini membuat saya trauma untuk beberapa saat. Selama dua tahun, saya tak lagi berkunjung ke gedung Bank swasta itu karena salah satu satpamnya pasti mengenali saya. Saya memilih cabang yang lain. Ah dasar ATM gadungan. Jadi tahu segalanya itu tak membuat kita keren kalau kita luput dari perhatian.  












 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar