Translate

Kamis, 05 September 2013

Menjamah Rimba Segara ~ Part I ~

Berlabuh ke Surga Kecil Dunia 


Jika kalian takut menjadi hitam, maka saya sarankan kalian tak perlu repot datang ke daerah yang akan saya ceritakan ini. Namun jika kalian bersedia mengorbankan keindahan kulit cemerlang kalian yang seindah iklan sabun colek, maka surga Kecil ini wajib dikunjungi. 

Kenapa? Pertama, lokasi yang akan saya ceritakan ini berada tak jauh dari garis khatulistiwa. Kedua, Surga Kecil ini dikelilingi lautan. Jelas dong perpaduan dua faktor ini akan cepat membuat kulit kita menghitam. Buang jauh-jauh deh harapan kulit tetap putih walau pakai sunblok. Toh produk ini hanya untuk melindungi kulit dari efek negatif ultraviolet penyebab kanker kulit. Jadi bersyukur dooooooooong kita orang Indonesia dikaruniai kulit sawo matang yang penetrasi kanker kulitnya tak sedahsyat kulit milik orang kaukasia.



Me turning black setelah berenang dengan penuh kecemasan karena di lokasi ini hanya berdua dengan suami. Pulau kakaban pukul 15.00 WITA.

Terus terang saya tidak tahu perwujudan Surga yang sebenarnya. Namun saya menginterpretasi Surga sebagai tempat yang akan membuat saya tenang secara batiniah .. nyahahaha (Ya iyalahh .. wong kemarinya separoh dana ada instansi yang nanggung, siapa yang enggak tenang secara batiniah).

Akhirnya mimpi dua tahun untuk berlabuh di tiga Surga kecil dunia ini terwujud juga. Saya sukses menjejakkan kaki saya dan bergumul dengan ikan-ikan di pulau Derawan, Pulau Sangalaki dan Pulau Kakaban Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Ternyata "Surga" itu tidak murah kawan. Nunduk. Banyak bule loh dimari, pake bikini. (Sepulang dari sini langsung rajin olahraga sit-up biar bisa pake setelan yang dipake si mbak-mbak bule itu).

Menuju ke destinasi wisata ini, memang butuh perjuangan. Tips dari saya adalah carilah kesempatan dalam kesempitan. Bagaimana caranya? Carilah tebengan atau carilah instansi yang sedang khilaf untuk membiayai perjalanan kalian. Atau bekerjalah minimal di Kabupaten berau, niscaya kalian akan dimudahkan untuk menikmati Surga-surga kecil itu .. haha. Jangan pernah pergi sendiri atau hanya berdua. Ini bukan soal keamanan, tapi karena biaya yang dikeluarkan akan sangat banyak kecuali kalian kaya raya. Jika kalian ingin berbiaya ringan, pergilah berkelompok. Masalah biaya bisa patungan dengan kelompok.

Domisili saya dan suami di Balikpapan cukup menguntungkan. Setidaknya memangkas rantai biaya perjalanan dari pulau Jawa. Bangga doooong saya pernah ke tempat-tempat ini sementara tetangga-tetangga individu saya yang kaya raya itu belum pernah menginjakkan kakinya. Ehm .. kibas rambut !!! Dari Balikpapan saya menggunakan pesawat kecil berpenumpang 55-60 orang, Kalstar, dengan tiket seharga Rp577.000.-. Ada beberapa pesawat yang melayani rute Balikpapan-Berau dengan kisaran harga Rp400.000 - Rp800.000. 



"Pose dulu"


Sesampainya di Bandara Kalimarau Kabupaten Berau dengan jarak tempuh kurang dari satu jam, perjalan menuju tempat impian masih jauh ternyata. Ada beberapa opsi kendaraan menuju pelabuhan Tanjung Batu. Kita bisa menggunakan kendaraan sewa bandara atau sewa umum. Saya tidak tahu persis berapa tarif mobil bandara untuk mengantar sejauh 90'an Km (kira-kira tiga jam) menuju pelabuhan ini. Setidaknya jika sewa mobil umum plus sopirnya ditarik Rp700.000, kemungkinan tarif mobil bandara tak jauh beda. Kaget? Ya iyalaahhh ... Indonesia gitu. 

Sebetulnya bisa lewat jalan darat dari Balikpapan - Berau dengan jarak 650 Km (hampir sama dengan jarak Jogja-Jakarta), lebih murah malah nggak ada macet. Tapiiiiii .. jalannya itu loh, hanya separuhnya yang layak. Inipun harus menggunakan mobil kapasitas 4WD. Gampang? Jangan senang dulu. Jalan layak (beraspal) hanya sejauh 280 Km dari Balikpapan-Sangatta dan beberapa Km mendekati Kabupaten Berau. Jika menggunakan sedan, mobil ini hanya bisa melaju sampai Kota Samarinda yang berjarak 120 Km. 

Waktu tempuhpun juga tak main-main karena bisa mencapai 24 jam, itupun jika cuaca sedang cerah. Nah jika hujan tiba, bahkan mobil 4WD tak bisa berkutik. Kenapa? Karena sebagian besar jalan utama dan satu-satunya masih berupa tanah yang hanya membuat ban 4WD berputar di tempat dan terseok-seok kalau basah. Sedih kan. Itu belum seberapa jika belum ketemu jebakan tanah berlumpur. Ini adalah sebuah lubang lumpur basah yang akan memerangkap kendaraan bahkan truk sekalipun hingga nasib mempertemukannya dengan kendaraan lain yang baik hati untuk menariknya keluar.


Ruas jalan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan - Tanjung Redeb Kabupaten Berau. Jangan tertipu dengan foto ini, kalau hujan kondisi jalan licin. Kondisi ini masih skala ringan.

Jadi sebelum mengkhayal untuk rela menempuh jalan darat ala goyang Inul, mantabkan hati dan mental terlebih dahulu. Atau tunggulah pemerintah daerah untuk membangun jalan yang layak. Tuh .. masak iya kalah sama negara tetangga. 

Sampai di pelabuhan Tanjung Batu Kabupaten Berau, saya masih harus mencari speedboat untuk mengantar ke pulau Derawan sebagai tujuan pertama. Nah sampai disini kita harus jeli menawar. Jangan sampai deh kita setuju tarif yang ditetapkan si mas motoris (pengemudi speedboat, kebetulan yang mengantar saya setipe dengan Kangen Band .. Aduhai). 

Tarif yang dipasang sungguh bisa menguras kocek. Saya ditawari speedboat untuk keliling empat pulau (Derawan-Kakaban-Sangalaki-Maratua) dengan tarif Rp3,5 juta. Alamaaaaakkkkk ... itu duit semua atau daun. Setelah rayu sana-sini maka tarif bisa diturunkan menjadi Rp1,7 juta. Tapi karena saya hanya bisa menjamah tiga pulau maka biayanya hanya Rp1,2 juta antar jemput. Bayar belakangan. Ingat .. usahakan membawa uang kas yang memadahi karena daerah ini tak mengenal ATM. Mesin anjungan ini hanya ada di Tanjung Redeb yang jaraknya 90 Km dari pelabuhan Tanjung Batu. 

Menunggu si mas motoris nyiapin kapal. Butuh sekitar 50 liter bensin. Beli bensin eceran dengan harga per liter Rp8.000,- (harga sebelum BBM naik).

   
Horeeeeee dong .. karena cuaca waktu itu cerah dan ombak sedang bersahabat. Menumpang speedboat serasa naik roller coaster. Ada satu jam menuju Pulau Derawan. Saya tak henti-hentinya tersenyum .. dan suami tak henti-hentinya gondok karena tahu saya dalam suasana liburan dan dia bekerja .. nyahahahaha. Lalu jangan lupa untuk mencari informasi penginapan murah di Pulau Derawan. Jika ingin liburan ala Paris Hilton, kalian bisa sewa penginapan yang letaknya persis di bibir pantai. Enggak perlu ditanya harganya. Kalau mau murah, menginap saja di rumah warga yang menyewakan kamarnya. Per malam paling Rp150.000. 


Keliatannya sih air lautnya tenang, tapi giliran naik speedboat ... widiiwww langsung "sudukken"

Pengen langsung nyemplung karena bening. Cuma masak iya harus ganti pakaian di kapal.




  

Salam Segara,
6 September 2013
Di dalam khayalan kembali kesana
Berau ~ Tempat yang dilalui garis khatulistiwa
Panasnya nyong .. minta ampun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar