“Sifat sejati manusia adalah kekerasan, dan dunia ini adalah neraka,” Shishio Makoto.
Seingat saya, anime Samurai X ditayangkan Indosiar di
pertengahan era 90’an. Tahunnya saya lupa. Yang jelas saat itu saya masih SMA.
Masih imut-imut dan suka ngayal, masih belum paham pacaran tapi lebih senang
nggebet. Masa itu adalah masa dimana cowok-cowok dorama menjadi idola kawula
muda era 90’an. Cowok-cowok dorama loooh .. beda sama cowok-cowok di lapak
sebelah. Nah saya’nya idola banget sama yang namanya Takuya Kimura. Ahh .. apa
kabar binder saya yang banyak stiker mas takuyanya. Karena saya jatuh cinta
sama mas Kenshin sekaligus aa’ Takuya, maka Takuya Kimura “kala itu” menjadi
perwujudan Kenshin Himura versi live-action khayalan .. kalaa ituuuuuuu.
Alih-alih Kimura seperti khayalan saya, peran Kenshin pada
trilogy
Rurouni Kenshin diemban oleh Takeru Sato. Hasilnya? Sekali lagi saya
jatuh cinta sama mas Kenshin lewat perwujudan Takeru Sato. Peran ikonik ini diwujudkan
dengan nyaris sempurna oleh pemeran Kamen Riden Den-O ini. Sato sukses mewujudkan
transisi Kenshin Himura yang konyol, rendah hati dan lemah lembut dalam
bertingkah laku serta bertutur kata menjadi sosok Himura Battousai, pembunuh
berdarah dingin, dalam sekedipan mata. Ihh .. kyuuutt!!
Sequel kedua trilogy ini, Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno, mengejutkan
saya karena ditayangkan di Bioskop. Harus nonton doooong. Dan saya sukses
merayu suami untuk ikutan nonton film ini di bioskop. Jarang-jarang suami saya
mau nonton film yang bukan buatan holiwud. Kyoto Inferno mempertemukan Kenshin
dengan Shishio Makoto, seorang Hittokiri Battousai (pembunuh berdarah dingin),
serta Juppongatana, kelompok samurai keji yang dibentuk Shishio. Kalau nggak
tahu ceritanya, langsung nonton filmnya aja deh atau baca manganya. Bakalan
panjang kalau dibahas disini. Di sequel ini, Kenshin harus berhadapan dengan
Shishio dan Juppongatana (Ten Swords) yang berencana menggulingkan pemerintahan
era Meiji.
Salah satu pertarungan seru yang saya nantikan di sequel ini adalah
ketika mantan Battousai dengan luka X di pipi kirinya ini harus melawan salah
satu Juppongatana kesayangan Shishio yakni Soujiro Seta. Sosok Soujiro Seta
yang digambarkan sebagai lelaki muda berperawakan mungil dan tanpa dosa ini dimanifestasikan dengan apik oleh
Ryunosuke Kamiki. Pokoknya kalau lihat Seta di jalanan nggak bakalan ngeh deh kalau ternyata doi
memiliki ilmu pedang yang bikin geger seantero kota. Kata suami saya “Kok jalannya agak kemayu,” .. mbooohh!!
Namun bukan tokoh-tokohnya yang bikin saya gregetan dan nagih
pengen nonton lagi. Film ini, baik sequel pertama dan kedua juga ketiga nanti,
sama-sama menyuguhkan koreografi yang bagi saya sempurna juga rumit. Sequel
pertama Rurouni Kenshin lebih banyak bercerita tentang transisi Kenshin dari
Hittokiri Battousai menjadi Rurouni (pengembara) dan latar belakang
pedang sakabatou’nya (pedang bermata terbalik). Baru di sequel kedua, Kyoto Inferno
menyuguhkan pertarungan laga yang lebih rumit. Adu teknik pedang yang
ditampilkan disini sangat fantastis tapi masih tetap realistis dan tidak
berlebihan sehingga masih enak dinikmati. Tidak ada adegan terbang berlebihan
dan bertarung di angkasa. Satu lagi yang membuat film ini keren adalah
dialognya yang kuat dan berbobot. Tidak berlebihan layaknya pujangga tapi lugas.
Awalnya saya menebak-nebak bagaimana Sato dan kawan-kawannya
mampu menyuguhkan pertarungan yang cepat dan penuh teknik. Setelah cari tahu
sana-sini, ternyata film ini sama sekali tidak menggunakan CGI loh. Pure acting
para pemainnya yang diperoleh dari hasil latihan koreografi selama beberapa
bulan. Apalagi Ohtomo tidak begitu mengandalkan wire work dalam beberapa adegan
laganya. Jadi ketika Sato loncat-loncat itu, bisa jadi memang dia loncat
beneran tanpa kabel. Hebatnya lagi, Sato tidak menggunakan jasa stuntman dalam
aksi guling-gulingnya. Ahh .. tambah kiyuuutt!!
Lalu sebenarnya seberapa cepat
sih gerakan koreografi adu teknik pedang yang dipertontonkan di laga ini. Apakah ini permainan kamera dan editing semata? Coba
deh lihat behind the scenenya. Maka kamu bakalan tahu, bahwa koreografi adu
teknik pedang yang dipertontonkan memang terdiri dari gerakan-gerakan yang
cepat, gesit dan agresif.
Nah mumpung masih tayang di bioskop, nontonlah agar tidak
menyesal. Meskipun subtitle Bahasa dan Englishnya agak susah dicerna, tapi
nggak papa. Film ini patut ditonton. Jangan khawatir, cerita yang disuguhkan
disini juga kuat, mungkin karena manga’nya yang keren duluan. Oke Sip ..
Atha Ajo
Ah .. apa kabar Takuya Kimura #eehhhh
wah penggemar kenshi juga
BalasHapushehe iyaaa .. ini nggak sabar nunggu yang the legend ends .. kyuuuuttt
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus