Translate

Senin, 09 Desember 2013

Tipe-tipe pengendara sepeda motor

Hari demi hari intensitas saya untuk marah-marah semakin tak terkontrol. Emosi yang paling menjengkelkan ini dimulai ketika saya keluar dari rumah. Nah semakin memuncak itu ketika saya berada di jalan raya [Enggak makan daging tapi tetep hipertensi]. Kesel saya jika ada pengendara motor yang bat-bit-but-bet-bot memacu motornya. Jadi di postingan ini saya akan meruntut tipe-tipe pengendara motor dari yang ngeselin sampai yang bikin gregetan. Emang iya saya nggak ada kerjaan saat pulang kampung. hasilnya adalah saya sukses mengamati tingkah laku pengendara motor. Pengamatan ini sudah dilakukan dengan profesional melalui observasi lapangan langsung. 

1. Kebelet BAB. Tipe pengendara ini biasanya memacu kendaraannya hingga angka 70 Km/jam di jalan kampung. Jalannya zig-zag. Apa saja dilakukan demi menyeruak kemacetan. Eh emangnya ini jalanan punya nenek loe, namanya aja macet, mau diklakson sampe accunya tekor juga nggak bakalan bisa jalan. Jika sedang terhenti di lampu merah, pengendara ini akan terpicu adrenalinnya. Cita-citanya jadi pembalap akan disalurkan tatkala lampu berubah hijau. Apalagi di tiap perempatan ada timernya, jadi tipe ini berasa Valentino Rossi. Detik'an ini juga akan mendorong mereka untuk semakin memacu kendaraan saat lampu hijau akan berubah merah. 

2. Gadget sejati. Mungkin karena nggak mampu beli earphone atau ponselnya yang cuma bisa nerima telpon atau SMS, biasanya pengendara motor tipe ini suka menyelipkan ponselnya diantara helm dan kuping sembari berkendara. "Iya Mah .. Papah sedang di jalan mau pulang .. blablabla," kata seorang bapak yang saya kira agak-agak kurang satu ons karena ngomong sendiri. Anak muda juga ada yang model beginian. Tapi yang diselipkan diantara helm dan kuping adalah Android Phablet yang tau sendiri kan segedhe gaban. 

3. Gadget sejati part II. Saya paling sebal dengan tipe pengendara yang beginian. Kayak dunia bakalan hancur lebur kalau nggak bales SMS. Mungkin pengendara tipe ini belum berasa afdoll jika belum SMS saat berkendara. Ciri-cirinya, kepala suka tingak-tinguk, kadang-kadang fokus cuma di hape doang dan memacu kendaraan 20 Km/jam tanpa arah, posisi kendaraan nanggung enggak di tengah juga enggak dipinggir. Nah bagi pengendara yang sudah mahir bahkan bisa SMS tanpa melihat hape.

4. Dunia hanya milik kita berdua Mas. Nah tipe pengendara yang ini biasanya baru saja jadian. Biasanya kendaraan dipacu pelan-pelan biar lama sampai tujuan. Enggak perduli pelan-pelannya mau ditengah atau dipinggir, selama boncengan milik berdua, jalanan terasa sepi. Mungkin kalau perlu pengendara ini bakalan datangi titik-titik kemacetan biar makin lama boncengannya.

5. Kalem. Pengendara tipe ini biasanya Ibu-ibu yang mungkin belum paham untuk berbagi ruang di jalan raya dengan pengendara lain. Memang enggak semua, tapi saya sering ketemu yang beginian di jalan raya. Iya saya tahu bu kalau kondisi jalan raya sedang sepi, tapi kan bukan berarti harus berkendara di tengah jalan dengan kecepatan 30 Km/jam kan bu. Ada baiknya kalau di klakson itu minggir, jangan keukeuh tetep di tengah jalan. Saya kan naik mobil bu, masak iya harus trobos trotoar. 

6. Tukang ngalamun. Sebenarnya saya prihatin dengan tipe pengendara yang ini. Karena kadang-kadang suka nempel di bodi mobil saya. Yang tadinya jarak kendaraan kami dua meteran, lama-lama si pengendara ini makin mepet dan jaraknya tinggal kurang dari sejengkal. Baru sadar dari lamunan setelah saya klakson dan menjaga jarak lagi. Duh mas, kalau lagi susah mending di rumah aja. Kasihan loh motor mahalnya kalau nyium mobil saya. Tetanus looooooohhhhh ... 

7. Gerombolan si berat. Biasanya tipe ini suka nge-gerombol jika sedang berkendara. Mungkin ngobrol sambil nongkrong sudah nggak trend lagi, jadi mereka milih ngobrol sambil berkendara. Enggak arisan sekalian mas????

8. Hati-hati tapi apes juga. Nah tipe ini memilih untuk fokus berkendara. Tapi sayangnya, meskipun sudah hati-hati dan mentaati semua rambu-rambu di jalan, nasibnya masih tetep apes karena ulah pengendara lain yang ugal-ugalan. 

Nah hal yang sama sebetulnya juga terjadi pada pengendara mobil yang kian kemari kian jauh dari norma berkendara. Kenapa? Karena pengendara motor yang beralih status menjadi pengendara mobil belum sanggup meninggalkan "karakternya" sebagai pengendara motor. Ya iyalah beda karakter, kalau motor bodinya kecil, kalo mobil bodinya gedhe. Kamu nggak bisa mengendarai mobil ala motor.

9. Parkir disorder. Ini nih yang paling dibenci. Penyakit parkir yang enggak ilang-ilang, bikin yang lain kagak kebagian parkir. Saya sering batal ke pusat perbelanjaan karena nggak ada tempat parkir. Paling sakit hati jika ada mobil mini yang parkir ngangkang'in marka parkir. Jadi spot parkir yang harusnya untuk tiga mobil, cuma diisi dua mobil gegara si mobil "mainan" ini rakus. Penyakit nggak mau jalan jauh karena parkir kejauhan juga pernah saya alami. Tamu dari tetangga saya yang bikin hajatan memarkir mobilnya yang bisa parkir sendiri persis di depan gerbang. Nggak takut tuh pak kalau kena karat mobil saya??



Intinya adalah jalan raya sudah menjadi salah satu momok dan penyebab hipertensi. Kadang-kadang menjadi pengendara yang baik dan benar belum tentu menyelamatkan jiwa. Tapi setidaknya sudah usaha betul jadi pengendara yang memahami etika berkendara dan berparkir. 


Salam buat yang suka ngangka'in marka parkir

Atha Ajo  

            

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar